Sumber Tulisan : https://sumansutra.wordpress.com/vegetarian-dharma-cinta-kasih-dan-kasih-sayang/
(Terimakasih kepada Narasumber yang menulis).
Vegetarian – Dharma Cinta Kasih dan Kasih Sayang
Berikut adalah
Kutipan Bab 13, buku tulisan Sutradharma Tj. Sudarman, MBA dalam bukunya
yang berjudul Tiga Guru Satu Ajaran – Kehidupan dan Ajaran Kebenaran
Siddharta Gautama, Confucius, dan Lau Zi.
VEGETARIAN – DHARMA CINTA KASIH DAN KASIH SAYANG
Manusia
merupakan pancaran semangat Cinta Kasih dan Kasih Sayang yang dapat
menuntunnya mencapai Pencerahan dalam kehidupannya saat ini. Ajaran Sang
Buddha yang memiliki kekuatan revolusioner selalu mengarahkan
perdamaian dunia dan kebahagiaan semua makhluk di dunia dengan semboyan
suci yaitu Cinta Kasih [Maitri/Metta] dan Kasih Sayang [Karuna].
Sang Buddha bersabda, “Aku
memiliki Cinta Kasih kepada makhluk-makhluk tanpa kaki, kepada yang
berkaki duapun Aku memiliki Cinta Kasih. Aku Memiliki Cinta Kasih kepada
makhluk-makhluk berkaki empat, kepada yang berkaki banyakpun Aku
memiliki Cinta Kasih.” (Anguttara Nikaya, II, 72).
“
Bila seseorang memiliki pikiran Cinta Kasih, ia merasa kasihan kepada
semua makhluk di dunia, yang ada di atas, di bawah dan di sekelilingnya,
tak terbatas di manapun.” (Jataka, 37)
Kemajuan
batin akan dapat kita kembangkan apabila kita senantiasa diliputi
pikiran yang penuh Cinta Kasih serta bersikap penuh Kasih Sayang.
“Kembangkanlah
pikiran yang penuh Cinta Kasih; bersikaplah penuh Kasih Sayang dan
terlatih dalam sila. Bangkitkan semangatmu, bersikaplah teguh,
senantiasa mantap dalam membuat kemajuan” (Theragatha, 979)
Apakah Perlu Vegetarian?
Apakah seorang Buddhis dalam menjalankan sila-sila khususnya sila tidak melakukan pembunuhan [pranatipata vairamanya/panatipata veramani],
sebaiknya juga menjadi seorang vegetarian yaitu tidak memakan makhluk
bernyawa? Bagaimanakah caranya agar dapat menghindari larangan
perdagangan makhluk hidup [sattva vanijya/satta vanijja], dan perdagangan daging binatang [mamsa vanijya/mamsa vanijja]?
Pertanyaan tersebut masih sering merupakan suatu hal yang kontroversial dalam berbagai aliran Buddhisme. Dari
sejarah kemunculan ajaran Sang Buddha pada masa kerajaan kebudayaan
Hindu di India, maka dapat dimaklumi bahwa para umat Hindu adalah
vegetarian yang taat karena konsep ahimsa dan reinkarnasi yang
dianut, dimana apa yang dimakan juga akan menciptakan karma baru,
sehingga dapat disimpulkan bahwa pada jamannya Buddha Gautama, tentunya
kehidupan masyarakat pada saat itu juga sebagian besar merupakan
vegetarian. Manu, penyusun kitab Hindu pertama menulis,”Daging,
tidak bisa didapatkan tanpa menyakiti makhluk hidup lain, dan apabila
seseorang menyakiti makhluk yang memiliki kesadaran maka orang itu tidak
bisa mendapatkan kebahagiaan surgawi. Karena itu biarlah semua tidak
makan daging.”
Beberapa
aliran Buddhisme tidak berpendapat bahwa apa yang dimakan merupakan
syarat mutlak untuk mencapai Pencerahan, dimana yang lebih dipentingkan
adalah pikiran, ucapan dan perbuatan. Para bhikkhu dalam Buddhisme Theravada (khususnya di negara-negara Thailand, Myanmar, Sri Lanka, Kamboja, Laos) melakukan permintaan dana makanan dari rumah ke rumah [pindapatta]
memakan apa saja yang diberikan, dan lebih mementingkan menahan
keinginan makan dengan makan hanya satu kali sehari sebelum lewat jam
siang. Namun perlu juga kita sadari, bahwa umat awam yang mengenal baik
cara berdana apalagi kepada anggota Sangha, tentunya akan menghindari
memberikan dana dari hasil penyiksaan ataupun pembunuhan makhluk hidup [savajja dana] karena
jenis dana seperti ini tidaklah akan menghasilkan pahala yang baik
malah sebaliknya, kalaupun berbuah akan menyebabkan malapetaka bagi si
pemberi dana.
Demikian juga terdapat argumentasi bahwa makanan terakhir yang dipersembahkan oleh Cunda, si pandai besi, adalah makanan istimewa yang bernama sukaramaddava yang
berarti ‘kaki babi’, sehingga disimpulkan bahwa Buddha Gautama memakan
kaki babi yang empuk. Padahal kita tahu juga banyak sekali nama makanan
ataupun tumbuhan yang menyerupai nama binatang karena ciri-cirinya,
seperti jambu monyet, lidah buaya, kumis kucing, jamur kuping, daun kaki
kuda, rumput lidah lembu, longgan (mata naga), dsb. Literatur yang ada
memperlihatkan bahwa sukaramaddava adalah sejenis jamur yang
empuk dan sangat sulit ditemukan karena tumbuhnya tersembunyi di hutan
belantara, dan diketahui babi hutan sangat menyenangi jamur tersebut
dimana biasanya dengan gampang dapat ditemukannya dengan cara dikais keluar menggunakan kakinya, sehingga dinamakan ‘jamur kaki babi’.
Berbagai
catatan di kitab suci haruslah kita hayati secara intuitif untuk sampai
kepada pendapat apakah benar vegetarian itu perlu dikembangkan dalam
latihan spiritual kita. Ada sementara pendapat yang mengatakan bahwa
vegetarian itu adalah tawaran dari Devadatta, saudara
sepupu Buddha Gautama yang terkenal ambisius dan jahat tersebut. Dalam
cerita Devadatta sendiri dapat kita maklumi bahwa Devadatta dengan
kelicikannya mencoba mengadu-domba Sangha dengan mengajukan
lima aturan kepada Sang Buddha agar dapat diterapkan (jadi bukan hanya
ketentuan vegetarian saja), dimana membuat posisi Sang Buddha sulit utk
memutuskannya. Diantara kelima aturan yang diajukan oleh Devadatta,
sebenarnya terdapat dua ketentuan yang memang mudah
dilakukan oleh bhikkhu saat itu seperti hidup dari dana yang diterima
dan tidak boleh memakan ikan atau daging (vegetarian), dan kemungkinan besar telah dijalankan. Namun
tiga ketentuan lainnya agak sulit utk diputuskan oleh Sang Buddha,
yaitu bhikkhu selamanya harus hidup di hutan; mengenakan jubah dari
bekas sampah dan kuburan; dan hidup di kaki pohon. Devadatta yakin bahwa
apabila Sang Buddha menolak permintaannya, maka akan banyak bhikkhu
yang mendukung dia serta menyatakan bahwa Sang Buddha tidak berwelas
asih (menolak vegetarian) dan senang hidup dalam kemewahan (tidak
terbatas dari kehidupan dana yg diterima saja). Sedangkan apabila Sang
Buddha menerima aturan yg diajukan tsb, maka berarti Sang Buddha
menerapkan pola kehidupan menyiksa diri (tinggal di hutan, memakai
pakaian bekas dari sampah dan kuburan, dan hidup di kaki pohon). Namun
Sang Buddha yang penuh kebijaksanaan, mengatakan kepada para bhikkhu
tanpa secara tegas menolak ataupun menerima aturan-aturan tersebut.
Pendapat
yang mengatakan bahwa apabila kita tidak mendengar, tidak melihat, dan
tidak mengetahui bahwa daging binatang yang kita makan itu telah
disembelih untuk kita makan, adalah merupakan suatu pendapat yang sangat
tidak beralasan. Coba kita bayangkan apabila ada seseorang
tiba-tiba mati dan tentunya sanak keluarganya akan menanyakan kenapa
orang tersebut mati sehingga akan dilakukan visum untuk mengetahui
kematiannya tersebut. Tentunya lain kalau kita sedang memakan daging,
jelas sekali kita ataupun orang lain tidak perlu menanyakan darimana
daging ini berasal, karena secara logika umum sudah jelas daging
tersebut berasal dari hasil penyembelihan hewan yang masih hidup
sebelumnya. Sehingga semua orang juga maklum bahwa terdapat satu makhluk
hidup yang telah dibunuh beberapa waktu yang lalu, dan jelas sekali
disadari oleh mereka bahwa makhluk hidup tersebut pasti menjerit,
meronta, dan menangis pada saat mengetahui ajalnya sudah akan berakhir.
Buddhisme Tantrayana
yang berkembang di Tibet dengan keadaan alam di sana tidak menekankan
kepada para bhikkhunya untuk melakukan vegetarian secara mutlak. Tetapi apabila para bhikkhu Tantrayana melakukan
perjalanan keluar dari Tibet, dimana apabila tersedia makanan
vegetarian, maka para bhikkhu tersebut diharuskan melakukan vegetarian.
Diceritakan juga bahwa Marpa dan murid utamanya Milarepa merupakan tokoh
yang cukup dikenal dalam sejarah Buddhisme Tibet juga senang makan
daging. Namun hal tersebut tidak didukung oleh bukti yang cukup. Dalai
Lama ke-14, Y.M. Tenzin Gyatso adalah seorang vegetarian yang taat. Mungkin kita juga perlu merenungkan apa yang dikatakan oleh Jamgon Khungtrul Rinpoche,”Jangan
dengan sengaja mengambil kehidupan (membunuh) makhluk hidup apapun,
walaupun itu adalah seekor semut; karena untuk hal yang menyangkut
kehidupan, tidak ada istilah ‘besar’ atau ‘kecil’.” Sehingga
sering para bhikkhu Tibet dalam membangun rumah ataupun mencangkul
tanah, terlihat lebih banyak menyita waktu untuk memindahkan terlebih
dahulu cacing-cacing ke tempat yang aman sebelum melakukan pekerjaannya
tersebut.
Buddhisme Mahayana dengan Bodhisattva silanya mengharuskan para bhikshu/ni untuk melakukan vegetarian demikian juga pesan-pesan yang disampaikan kepada umatnya. Buddhisme Mahayana yang memuja Avolakitesvara Bodhisattva [Quan Yin Phu Sat]
sebagai Bodhisattva yang penuh Kasih Sayang, menyakini bahwa dengan
tidak memakan makanan bernyawa secara tidak langsung juga mencegah
pembunuhan makhluk bernyawa sehingga akan dapat menimbulkan sifat Kasih
Sayang dan Cinta Kasih sebagaimana prinsip-prinsip pokok ajaran Sang Buddha.
Hal ini juga tersebut dalam Lankavatara Sutra “
Dengan kekhawatiran akan timbulnya kelaliman atas makhluk hidup,
sepatutnya Bodhisattva dalam berlatih diri untuk mencapai Kasih Sayang
berpantang makanan daging.”
Demikian juga dalam Brahmajala Sutra terdapat sabda berikut, “Siswa Sang Buddha tidak boleh dengan sengaja makan
daging makhluk hidup, karena kalau ia berbuat demikian, maka ia
menghancurkan benih-benih Maha Kasih Sayang dan Sifat Kebuddhaan. Ia
menyebabkan orang-orang yang bertemu padanya menghindarinya. Karenanya
semua Bodhisattva harus pantang makan daging makhluk apapun, sebab makanan hewani merupakan sumber dosa-dosa yang tak terhingga.”
Sang Buddha Menyadarkan Nelayan
Suatu
ketika, ada seorang nelayan yang tinggal di dekat gerbang utara kota
Savatthi. Suatu hari, melalui kemampuan batin luar biasa, Sang Buddha
melihat bahwa telah tiba saatnya bagi nelayan itu untuk mencapai tingkat
kesucian sotapatti.
Maka
dalam perjalanan pulang dari berpindapatta, Sang Buddha bersama dengan
para bhikkhu, berhenti di dekat tempat dimana Ariya sedang menangkap
ikan. Ketika nelayan itu melihat Sang Buddha, dia melemparkan alat
penangkap ikannya kemudian datang dan berdiri di dekat Sang Buddha. Sang
Buddha mulai menanyakan nama-nama para bhikkhu di hadapan si nelayan,
dan akhirnya, Beliau menanyakan nama nelayan itu.
Ketika
si nelayan menjawab bahwa namanya adalah Ariya, Sang Buddha berkata
bahwa para orang mulia (Ariya) tidak melukai makhluk hidup apapun,
tetapi karena si nelayan membunuh ikan-ikan maka dia tidak layak
menyandang nama Ariya.
Kemudian
Sang Buddha membabarkan syair berikut (Dhammapada, 270), “Seseorang
tidak dapat disebut Ariya (orang mulia) apabila masih menyiksa makhluk
hidup. Dia yang tidak lagi menyiksa makhluk-makhluk hiduplah yang dapat
dikatakan mulia.
Nelayan Ariya mencapai tingkat kesucian sotapatti setelah khobah Dharma Sang Buddha berakhir.
Manfaat Vegetarian
Banyak orang yang tersaru dengan kata vegetarian yang dikira berasal dari kata vegetable (sayur-sayuran). Sebenarnya vegetarian itu berasal dari bahasa latin ‘vegetus‘ yang berarti ‘aktif’, ‘yang hidup’, ‘teguh’, ‘bergairah’, dan ‘kuat’. Di Inggris kata Veget ini sempat dipakai untuk mengatakan seseorang yang kuat dan sehat.
Menurut penemuan Victor Stephan Sussman dalam bukunya ‘The Vegetarian Alternative‘ , USA: Rodale Press Emmaus, 1978, bahwa orang-orang Inggris dan Amerika sudah memulai vegetarian sejak tahun 1840 dengan prakarsa oleh Pendeta Sylvester Graham (penemu roti Graham crackers), Ellen White (salah seorang pendiri gereja ‘Advent Hari Ke-7), dan John H.Kellog (ahli bedah dan pendiri Sanatorium Battle Creek). Di India dan Tiongkok, vegetarianisme sudah
ada jauh sebelum masehi. Para pengikut Sekte Jaisme yang merupakan
aliran Hinduisme tertua di India , adalah vegetaris, dimana bertujuan
untuk menghormati dan menaruh kasih sayang kepada semua makhluk hidup.
Mereka mempunyai disiplin ajaran yang kuat, dilarang membunuh makhluk
apapun, tetapi mereka meminum susu dan produk yang terbuat dari susu. Para
penganut agama Masehi Advent Hari Ketujuh, juga vegetaris, tidak
meminum alkohol, merokok ataupun makan atau minuman yang merangsang,
Mereka berpendapat bahwa tubuh manusia adalah rumah Tuhan [A Temple of God]
sehingga janganlah menjadikan tubuh manusia ini sebagai kuburan hewan.
Demikian juga beberapa ajaran mistik kuno Yunani dan para pengikut Pythagoreanisme, Manichaeanisme, dan Sikhisme
yang sangat menekankan vegetarian karena konsep reinkarnasi dan hukum
karma yang dianut ajaran tersebut. Kaum Essenes yang dikenal sebagai
kaum spiritual ‘orang suci berjubah putih’, ataupun ‘putra cahaya’, hidup di Qumran, sekitar Laut Mati, Jerusalem
, yang hidup pada eranya Yesus Kristus, juga menganut doktrin hukum
Karma, sehingga terkenal sebagai vegetaris yang taat.
Terlepas
dari itu semua, bahwa sesuai dengan hasil survey yang pernah dilakukan,
diketahui dalam tubuh seorang atlit yang vegetarian lebih baik daya
tahannya daripada yang non-vegetarian. Hal ini juga dibuktikan oleh Carl
Lewis, seorang vegetarian yang terkenal sebagai juara lari kelas dunia. Demikian
juga ditinjau dari sudut kesehatan, dimana makanan daging mengandung
lemak jenuh berkolesterol tinggi serta berita-berita mengenai
hewan-hewan tertentu yang terjangkit virus yang membahayakan manusia,
seperti kasus virus sapi gila [madcow disease] di Eropa (tahun 1997) kasus virus flu unggas yang menyerang ayam dan bebek di Hong Kong (1998). Demikian juga dengan kasus virus babi Jepang [Japanese encephalitis virus] yang melanda Malaysia sebagai negara penghasil ternak babi terbesar di dunia (tahun 1999), telah
mengubah selera makan kebanyakan orang Amerika, Eropa dan Asia menjadi
vegetarian atau mengurangi konsumsi daging dalam menu harian mereka. Di
Indonesia, pada sekitar bulan Mei 1999, diberitakan bahwa residu obat antibiotik (penisilin, makrolida dan tentrasiklin)
dan pestisida di dalam hewan peliharaan sangatlah mengkhawatirkan. Hal
ini sesuai dengan hasil riset dari Balai Pengujian Mutu dan Sertifikasi
Obat Hewan (PPMSOH), dimana residu yang terdapat pada hewan peliharaan
tersebut apabila dikomsumsi sebagai daging dalam menu harian , maka
dapat berdampak kanker hati , gagal ginjal, kebutaan, meningitis dan
gangguan hoemapoetik (akibat timah hitam). Selain itu juga dapat
berdampak pada kekebalan tubuh terhadap antibiotik yang kemungkinan bisa
juga menyebabkan mutasi (genetik) kuman (‘Suara Pembaharuan‘ tanggal 1 Mei 1999). Terakhir kasus dioksin
yang menggoyangkan kembali daratan Eropa, dimana menurut penelitian
terdapat hampir seluruh produk makanan yang berasal dari hewani tercemar
dioksin, suatu kelompok 75 senyawa kimia yang berasal dari resin mengandung dioksin khlorin yang kebanyakan terdapat dalam bahan-bahan plastik. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan salah satu jenis dioksin, yaitu tetrachlorodibenzo-p-dioxin,
sebagai karsinogenik kelas satu, atau penyebab kanker buatan manusia
yang paling berbahaya dan beracun. Sehingga pemerintah Belgia, Belanda,
Perancis, dan kebanyakan negara-negara lainnya di dunia (termasuk di
Indonesia) mengumumkan untuk menarik semua produk-produk asal hewani
yang diproduksi dari Belgia (‘Kompas’, tanggal 17 Juni 1999).
Ada
kekhawatiran juga bahwa dengan makanan vegatarian yang terdiri dari
sayur-sayuran, buah-buahan, kentang, umbi-umbian, jamur, kacang-kacangan
dan lain sebagainya , tidaklah cukup untuk menghasilkan protein yang
dibutuhkan oleh tubuh manusia untuk dapat hidup secara sehat. Tempe dan
tahu yang dibuat dari kacang kedelai telah diteliti mengandung sumber
protein yang sangat baik untuk tubuh manusia selain dapat mencegah
kanker payudara. Demikian juga kacang-kacangan lainnya seperti kacang
panjang, diketahui sangat bermanfaat untuk para penderita kencing manis.
Sudah banyak hasil penelitian yang mengklasifikasikan protein
tumbuh-tumbuhan lebih besar kandungannya dari protein hewani. Sehingga
tidak terdapat alasan yang cukup untuk kita harus menghindari memakan
makanan non-hewani karena takut tidak terpenuhi kebutuhan protein.
Tidaklah mengherankan apabila sekarang kita dapat menjumpai adanya
rumah-sakit yang menyediakan makanan khusus vegetarian bagi pasiennya.
Demikian juga terdapat banyak sekali dokter yang selalu menyarankan
pasiennya untuk mengurangi makanan daging dengan memakan lebih banyak
sayuran dan buah-buahan.
Memang
sangat sulit untuk kita yang sudah terbiasa mengkonsumsi daging dalam
menu kita agar dapat menjadi seorang vegetarian. Urusan menikmati
makanan enak merupakan kesenangan duniawi yang mendapatkan tempat di
urutan kedua setelah kenikmatan seksualitas. Makanan daging yang memang
lebih enak dibandingkan dengan makanan non-hewani, sering mengarahkan
seorang pemangsa daging ini mencoba berbagai variasi daging yang tidak
pada umumnya, seperti kodok, burung dara, ular, biawak, tikus muda,
buaya, monyet, penyu, harimau, cecak, kecoa, jangkrik, dan
sebagainya. Daging-daging demikian sering dimakan bersama arak tertentu
dimana, dengan tanpa didukung oleh suatu bukti penyelidikan ilmiah yang
dapat dipertanggungjawabkan, diklaim mampu membangkitkan sifat
kejantanan seorang lelaki ataupun menambah keberanian seseorang.
Sehingga hal ini sering dijadikan alasan oleh para kaum pendukung
makanan hewani dengan mengaburkan pandangan kemajuan batin seseorang
yang dapat dikaitkan dari diet makanan non-hewani. Berbagai argumentasi
berusaha diciptakan dari peninggalan kitab-kitab suci hanya semata-mata
untuk mempertahankan pendapat tersebut. Dimana tanpa mereka sadari, hal
tersebut telah mengukung pendapat yang dibuatnya, sehingga akhirnya pembunuhan berbagai makhluk hidup terus berlangsung setiap saat hanya semata-mata untuk kepuasan para pemakan daging.
Walaupun
demikian, terdapat juga banyak pendapat yang setelah menapaki jalur
spiritual murni, menyadari bahwa kebiasaan memakan daging dan meminum arak
sangatlah tidak baik untuk kemajuan batin seseorang. Khususnya para
pendukung ajaran yang mempercayai hukum karma dan kelahiran kembali,
mempercayai akan menerima akibat dari perbuatan memakan daging. Demikian
juga para pendukung curahan sifat Kasih yang murni terhadap seluruh
makhluk hidup sebagai suatu eksistensi yang mempunyai hak hidup di alam
semesta ini dengan alasan bagaimana mereka mampu bertemu Yang Maha
Pengasih apabila mereka memangsa ciptaanNya juga. Walaupun
tumbuh-tumbuhan juga memiliki unsur kehidupan, namun dalam memilih
makanan, para pendukung vegetarian tersebut senantiasa berusaha memakan
makanan yang berasal dari kesadaran yang paling rendah dimana hanya
menyebabkan penderitaan yang sedikit sekali seperti tumbuh-tumbuhan.
Tumbuh-tumbuhan jelas sekali tidak memiliki kaki, tangan, sisik, ekor,
darah ataupun alat pencernaan. Apabila kita memotong sebatang kangkung ,
maka kangkung tersebut masih akan dapat tumbuh lagi menjadi dua tiga
cabang yang tentunya tidak bisa dilakukan dengan apabila kita memenggal
kepala seekor sapi. Beberapa rekan yang telah berhasil menjalani
kehidupan vegetarian memberikan tenggang waktu 2 minggu bahkan sampai 2
bulan untuk melihat berhasil tidaknya seseorang menjadi vegetarian. Mereka
pada umumnya memberikan pendapat yang sangat positif sesudah menjalani
kehidupan vegetarian seperti kesehatan yang stabil, kesabaran,
konsentrasi dalam meditasi, dan sebagainya.
Secara biologi, dapat kita ketahui bahwa usus manusia bukanlah diciptakan untuk mengkonsumsi daging [carnivora] karena usus manusia sangatlah panjang sehingga dikhawatirkan apabila mengkonsumsi daging akan menimbulkan penimbunan yang terlalu lama di usus [colon] sehingga mengalami pembusukan yang dapat menyebabkan kanker usus. Demikian juga, kita tidak perlu harus memperlakukan perut kita itu sebagai tempat pembakaran bangkai binatang [crematorium].
Terdapat
hasil survey yang telah dilakukan, bahwa apabila suatu masyarakat dalam
suatu negara tertentu menggantikan pola kehidupan peternakan dengan
pertanian, maka terdapat curva efisiensi ekonomi yang cenderung sangat
menguntungkan dari sisi pendapatan dan lingkungan hidup.
Berbagai Pola Vegetarian
Kebiasaan
makan daging sebenarnya telah terbentuk sejak kecil, sehingga memang
tidak gampang untuk dapat mengganti begitu saja pola makan daging yang
telah terbentuk tersebut.
Dalam
penerapan pola vegetarian, terdapat beberapa alternative yang
sebenarnya dapat juga merupakan suatu tahapan dalam mewujudkan latihan
vegetarian dari pemula kemudian menjadi vegetarian murni [vegan] , yaitu:
Vegetarian hari tertentu [semi vegetarian],
dimana seseorang itu hanya mengkonsumsi daging pada waktu-waktu
tertentu, misalnya pada saat pesta atau tidak mengkonsumsi daging pada
hari-hari tertentu, misalnya pada tanggal lunar 1 dan 15.
(I) Vegetarian dengan pantangan daging tertentu [partial vegetarian], dimana tidak memakan daging tertentu misalnya daging merah yang berasal dari hewan mamalia seperti lembu, kambing, dan babi.
(II) Vegetarian dengan pantangan semua daging termasuk seafood tetapi boleh telur dan susu beserta hasil produknya [lacto ovo vegetarian / lactovarian].
(III) Vegetarian dengan pantangan semua daging dan telur tetapi boleh susu dan hasil produk susu [lacto vegetarian / lactarian]
(IV) Vegetarian murni dgn tidak memakan, meminum ataupun memakai semua produk dari makhluk hidup [strict vegetarian/total vegetarian/vegan]
Situasi krisis ekonomi yang sedang melanda berbagai negara belakangan ini dapat juga merupakan suatu kondisi yang tepat untuk segera mengubah pola died vegetarian dengan mengurangi pembelian daging ayam, babi, sapi, dan kambing yang harganya jauh lebih mahal daripada tahu, tempe, kentang, dan jagung.
Pola
makan vegetarian ini sangatlah cocok untuk dipromosikan oleh segala
umat beragama yang penuh kasih dan cinta akan kebahagiaan dan kedamaian
bagi semua makhluk hidup di muka bumi ini. Kita dapat juga melihat
contoh para Guru Agung spiritual terdahulu yang kebanyakan menjalani
hidup vegetarian, bahkan dalam bukunya John Davidson, The Gospel of Jesus – In Search of His Original Teachings, diargumentasikan bahwa Yesus dan murid-murid utamaNya termasuk adikNya, James adalah vegetarian. Dapat diteliti juga dalam Kitab Kejadian 1:29, dimana Allah bersabda, “Lihatlah
Aku telah berikan kepadamu tumbuh-tumbuhan berbiji, memenuhi permukaan
bumi, dan pohon-pohon berbuah, itulah semua bagimu sebagai makananmu.” Demikian juga disabdakan, “Anda tidak boleh memakan daging yang berdarah sebab kehidupan berada dalam darah.” (Kitab Kejadian 9:4). Yohanes yang juga dikenal vegetarian karena hanya memakan madu hutan dan locust (sejenis pepohonan berbiji yg dinamakan locust tree [Ceratonia siliqua] atau dikenal juga ‘St.John’s Bread’, namun dalam berbagai alkitab di Indonesia diterjemahkan sebagai belalang). Dalam surat Paulus kepada jemaat di Roma tersirat juga pesan vegetarian, “Janganlah
engkau merusakkan pekerjaan Allah oleh karena makanan! Segala sesuatu
adalah suci, tetapi celakalah orang, jika oleh makanannya orang lain
tersandung! Baiklah engkau jangan makan daging atau minum anggur, atau
sesuatu yang menjadi batu sandungan untuk saudaramu.” (Roma 14:20-21). Dalam Al Q’uran
terdapat larangan memakan daging binatang yang mati ataupun darah
binatang, demikian juga adanya larangan untuk memakan daging dari
binatang yang disembelih secara tidak halal (tanpa basmallah). Murid
paling terkemuka Nabi Muhammad, kemenakannya sendiri, menasihatkan kepada murid-muridnya, “Jangan jadikan perut kalian itu kuburan binatang.”
Tentunya kenyataan seperti ini dapat mengarahkan kita untuk menjalani
kehidupan vegetarian yang tidak akan menimbulkan keragu-raguan kita
dalam hal memakan makanan non-hewani. Tidak kurang dari itu semua, kita
dapat juga melihat kehidupan para Guru Agung spiritual jaman sekarang seperti Supreme
Master Ching Hai, Sathya Sai Baba, Maharaj Gurinder Singh Ji, Gurumayi
Chidvilasananda, Dalai Lama Tenzin Gyatso, Jidhu Krisnamurti, dan masih banyak lagi guru-guru spiritual lainnya yang menjalani kehidupan vegetarian (strict vegetarian/vegan)
dengan berlandaskan Cinta Kasih dan Kasih Sayang yang luar biasa. Guru
Sejati, Supreme Master Ching Hai yang sejak kecil telah menjadi
vegetarian mengatakan, “Jika seseorang benar-benar baik hati,
mengapa ia masih makan daging makhluk lainnya? Melihat mereka menderita
seharusnya ia tidak tega memakannya! Pemakan daging tidak mengenal welas
asih, jadi bagaimana ini dapat dilakukan oleh seorang yang baik hati?”
Mudah-mudahan
dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama, akan makin banyak terdapat
makanan sajian vegetarian di berbagai pojok makanan (food-court),
restoran dan tempat-tempat lainnya di Indonesia sebagaimana sering kita
lihat di luar negeri. Sehingga tidak ada alasan lagi bagi kita untuk
tidak memulai memakan vegetarian dengan mengatakan susah untuk
memperoleh makanan vegetarian. Kita harus menyadari bahwa , ‘makan adalah untuk hidup, bukanlah hidup untuk makan’.Tokoh Terkemuka Dunia yang Vegetarian dan Vegan: Para Filsuf dan Pemimpin Spiritual Paramahansa Yogananda (Guru Spiritual India), Socrates (Filsuf Yunani), Yesus Kristus dan Umat Kristen Awal, Konfusius (Filsuf Cina), Budha Sakyamuni, Lao Tzu (Filsuf Cina), St. Fransiskus dari Assisi (Orang Suci Kristen, Italia), Thich Nhat Hanh (Biksu Buddha/Penulis Vietnam), Yogi Maharishi Mahesh (Penulis, Filsuf, Pemimpin Meditasi Transendental, India), Leo Nikolayevich Tolstoy (Filsuf Rusia), Pythagoras (Ahli Matematika/Filsuf Yunani), Zoroaster (Pendiri Ajaran Zarathustra, Iran), Muhammad Al-Ghazali (Orang Suci Sufi dan cendekiawan Islam, Iran), Muhammad Rahiim Bawa Muhaiyadeen (Orang Suci Sufi dan pengarang Islam, Sri Lanka), Bulleh Shah (Orang Suci Muslim Sufi), dll. Penulis, Seniman dan Pelukis Leonardo Da Vinci (Pelukis Italia), Ralph Waldo Emerson (Penulis Esai dan Penyair AS), George Bernard Shaw (Penulis Irlandia), John Robbins (Penulis AS), Mark Twain (Penulis AS), Albert Schweitzer (Filsuf, Dokter, dan Musisi Jerman), Plutarch (Penulis Yunani), Voltaire (Penulis Prancis), Sadegh Hedayat (Novelis Iran), dll. Ilmuwan, Penemu, dan Insinyur Charles Darwin (Ahli Flora dan Fauna dari Inggris), Albert Einstein (Ilmuwan Jerman), Thomas Edison (Ilmuwan/Penemu AS), Sir Isaac Newton (Ilmuwan Inggris), Nikola Tesla (Ilmuwan/Penemu Amerika keturunan Serbia), Henry Ford (Pendiri Ford Motors AS), dll. Politisi, Negarawan, dan Aktivis Susan B. Anthony (Pemimpin Pergerakan Hak Pilih Wanita AS), Mahatma Gandhi (Pemimpin Hak Warga Sipil India), Coretta Scott King (Pemimpin dan Aktivis Hak Warga Sipil AS, istri dari Dr. Martin Luther King Jr.), Presiden Janez Drnovsek dari Slovenia, Dr. A. P. J. Abdul Kalam (Presiden India), Dr. Manmohan Singh (Perdana Menteri India), Dennis J. Kucinich (Anggota Konggres AS), dll. Aktor, Bintang Film, dan Bintang TV Pamela Anderson (Aktris AS), Ashley Judd (Aktris AS), Brigitte Bardot (Aktris Prancis), John Cleese (Aktor Inggris), David Duchovny (Aktor AS), Danny Devito (Aktor AS), Cameron Diaz (Aktris AS), Richard Gere (Aktor AS), Daryl Hannah (Aktris AS), Dustin Hoffman (Aktor AS), Katie Holmes (Aktris AS), Steve Martin (Aktor AS), Demi Moore (Aktris AS), Ian McKellen (Aktor Inggris), Tobey Maguire (Aktor AS), Paul Newman (Aktor AS), Gwyneth Paltrow (Aktris AS), Joaquin Phoenix (Aktor AS), Steven Seagal (Aktor AS), Brooke Shields (Aktris/Model AS), Jerry Seinfeld (Aktor AS), Naomi Watts (Aktris AS), Kate Winslet (Aktris Inggris), dll. Bintang Pop dan Musisi Joan Baez (Penyanyi Lagu Rakyat AS), George Harrison (Musisi Inggris, Anggota The Beatles), Paul Mc Cartney (Musisi Inggris, Anggota The Beatles), Ringo Starr (Musisi Inggris, Anggota The Beatles), Bob Dylan (Musisi AS), Michael Jackson (Bintang Pop AS), Morrissey (Penyanyi Inggris), Olivia Newton John (Penyanyi Inggris – Australia), Sinead O’Connor (Penyanyi Irlandia), Pink (Penyanyi AS), Prince (Bintang Pop AS), Justin Timberlake (Penyanyi Pop AS), Tina Turner (Bintang Pop AS), Shania Twain (Penyanyi Kanada), Vanessa Williams (Penyanyi Pop AS), dll. Atlet Olahraga Billie Jean King (Juara Tenis AS), Bill Walton (Pemain Basket AS), Carl Lewis (Peraih Medali Emas 9-kali pada Olimpiade Cabang Atletik, AS), Edwin C. Moses (Peraih Medali Emas 2-kali dalam Cabang Atletik, AS), Elena Walendzik (Juara Tinju dari Jerman), Alexander Dargatz (Atlet, Juara Binaraga, Dokter Jerman), dll. Model Christie Brinkley (Supermodel AS), Christy Turlington (Supermodel AS), dll. Dan daftar ini akan terus bertambah, kunjungi… http://AL.Godsdirectcontact.org.tw/vg-vip Trackback URL : http://al.godsdirectcontact.org.tw/bbs/tb.php/al/162
Tidak ada komentar:
Posting Komentar