Seorang anak muda dan pemandunya tampak mengunjungi suatu areal suci, dimana banyak tempat-tempat ibadat di sana.
Anak muda itu berkata kepada pemandunya "Paman, tempat ini tampaknya begitu relijius, banyak kepercayaan yang dianut, tempat ibadatpun seolah dibangun dengan berlomba-lomba, orang-orangnya memakai atribut agama yang begitu tampak agung, begitu banyak analisis keagamaan yang diprogramkan di daerah ini, ah.. Paman, tentu masyarakat di sini begitu mencintai Tuhan".
Sang pemandu sedikit merengut dan berkata ,"Saya tidak tahu Nak, entahlah... mungkin mereka tampaknya mencintai Tuhan, tetapi yang jelas mereka membenci satu sama lain, dan mereka masih suka menyalahkan dan berdebat dengan kepercayaan lainnya, seolah-olah kepercayaannyalah yang paling benar".
Anak muda itu tertegun di dalam hati, ia menemukan kata hatinya berkata "Bagiku mencintai Tuhan berarti mencintai Tuhan yang ada di dalam semuanya tanpa adanya kebencian dan prasangka. Menyebut ajaran sendiri paling benar kemudian menyalahkan dan membenci ajaran orang lain berarti aku sedang mencintai "konsep mencintai Tuhan" bukan mencintai Tuhan".
Kemudian ia pun tersenyum dan teringat dengan adik-adiknya yang masih kecil, yang bertanya kepadanya ketika ia mengajarkan beberapa sloka di dalam kitab suci "Kak, apakah dengan membaca kitab ini hatiku lebih damai dan penuh cinta?"
Oh anak muda itu tersenyum, kini senyumannya lebih dalam "Aku harus melihat ke dalam, apakah dengan kepercayaan ini, dengan pengetahuan ini, hatiku menjadi lebih damai, lebih bahagia, lebih bisa berbagi ataukah malah lebih suka berdebat kemudian membenci yang lainnya yang mungkin tidak tahu atau berbeda dengan kepercayaanku?"
Mari jadikan ajaran agama/kepercayaan kita menjadi tongkat untuk berjalan dalam mengembangkan kasih sayang bukan tongkat untuk memukul makhluk/orang lain.
Hanya orang yang dipenuhi kebahagiaan dan kedamaian yang bisa berbagi kebahagiaan dan memancarkan kedamaian.
-9/1/2011-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar